EKOWISATA MANGROVE : Bioekologi Mangrove, Keberlanjutan, dan Perencanaan Strategis Pengembangan Kawasan Ekowisata Mangrove Jeflio, Kabupaten Sorong.
Pengarang:
Dr. Dwi Indah Widya Yanti, S.Pi., M.Si.
Prof. Dr. Ir. Carolus P. Paruntu, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Rene Charles Kepel, DEA.
Ir. Stephanus V. Mandagi, MAppSc., Ph.D.
No. ISBN:
978-623-09-0478-3
Tahun:
2022
Deskripsi:
Pengarang:
Dr. Dwi Indah Widya Yanti, S.Pi., M.Si.
Prof. Dr. Ir. Carolus P. Paruntu, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Rene Charles Kepel, DEA.
Ir. Stephanus V. Mandagi, MAppSc., Ph.D.
No. ISBN:
978-623-09-0478-3
Tahun:
2022
Deskripsi:
"Obyek wisata mangrove Jeflio merupakan salah satu alternatif destinasi pariwisata di Kabupaten Sorong Papua Barat. Pengembaangan kawasan mangrove di Jeflio menjadi kawasan ekowisata merupakan hal yang perlu dipertimbangkan, hal ini didukung dengan ditemukannya 4 spesies mangrove, yaitu Avicennia alba, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Xylocarpus granatum pada beberapa Stasiun pengambilan data di kawasan mangrove Jelio. Nilai total kerapatan vegetasi mangrove memperlihatkan pada nilai kriteria padat. R. mucronata memiliki INP tertinggi dan Avicennia alba memiliki INP terendah. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman spesies mengindikasikan keanekaragaman jenis sedang; nilai indeks kemerataannya mengindikasikan sebaran individu antar jenis merata; dan nilai indeks dominansinya mengindikasikan tidak ada spesies yang mendominasi. Paramater kualitas lingkungan perairan sesuai dengan baku mutu lingkungan biota mangrove. Nilai kesesuaian ekowisata mangrove Jeflio berada pada kategori sesuai/baik dan nilai daya dukung kawasan ekowisata mangrove Jeflio adalah 52 orang/hari dengan panjang tracking pada kawasan ekowisata mangrove 648,5 m dengan waktu operasional 8 jam. Masyarakat Jeflio memiliki kearifan lokal berupa ajakan untuk menjaga alam disampaikan dalam bentuk nasehat yang dikenal dengan “Nani Mi Wawolom Ti Eges Gu” (bahasa Suku Moi), pamali (larangan) pada kawasan/daerah tertentu, adat sasi, dan upacara adat “barapen”, serta keterampilan lokal seperti pembuatan senat/tikar, anyaman tas, “bayayai”, perahu, dayung, dan tombak. Status keberlanjutan dimensi ekologi sangat berkelanjutan, dimensi ekonomi kurang berkelanjutan, dimensi sosial budaya cukup berkelanjutan, dimensi hukum dan kelembagaan kurang berkelanjutan, dan dimensi sarana, prasarana dan teknologi cukup berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis RAPFISH dan Manajemen Strategi, maka dirumuskan rekomendasi kebijakan perencanaan strategis (Renstra) pengembangan ekowisata mangrove berkelanjutan di pesisir Pulau Jeflio. Dalam rangka keberlanjutan ekowisata mangrove Jeflio disarankan kepada Stakeholder untuk memperhatikan dan memberdayakan pelibatan masyarakat, serta nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) masyarakat adat di pesisir Pulau Jeflio bagi kepentingan pengembangan ekowisata mangrove Jeflio. Disamping itu, disarankan kepada Pemerintah terkait dalam rangka membuat kebijakan sehubungan dengan pengembangan ekowisata mangrove Jeflio perlu memperhatikan dan mempertimbangkan rumusan “Renstra” yang dihasilkan dalam penelitian ini."